492 Matching Annotations
  1. Apr 2020
    1. Preprints? What?Alsosometimesreferred to ase-prints, they are digitally-shared,non-peer-reviewed scholarly articles that typically precede publication in a peer-reviewed journal [3]. They have been a part of science since at least the 1960s [4]. In 1990, Tim Berners-Lee created the World Wide Web to help researchers share knowledge easily.

      Definisi preprint

      Preprint adalah makalah yang belum menjalani peninjauan sejawat yang versi digitalnya dibagikan secara daring. Preprint biasanya dibagikan sebelum dikirimkan ke jurnal.

      Preprint bukan barang baru

      Preprint telah dikenal sejak tahun 1960an (bidang biologi/ilmu hayati). Preprint merupakan salah satu produk turunan dari www yang diciptakan pada tahun 1990 oleh Tim Berners-Lee.

  2. Sep 2019
    1. Sungai Citarum di Jawa Barat, salah satu sungai terpanjang di Indonesia (hampir 270 km terbentang dari Situ Cisanti (KM-0) sampai di muara gembong di laut jawa): SALAH SATU TEMPAT TERCEMAR DI DUNIA (Green Cross Switzerland dan Blacksmith Institute, tahun 2013) yaitu pada urutan ketiga setelah Agbogbloshie (gunung sampah elektronik di Ghana, dan Chernobyl, kota yang mati akibat nuklir di Rusia.

      Semoga reputasi ini segera dapat diperbaiki.

    2. Studi Kasus Kota Aurangabad

      Terima kasih Pak Deny telah mengangkat kasus Kota Aurangabad. Kalau saya cari menggunakan Open Knowledge Maps yang saya simpan di sini, saya mendapati bahwa kota tersebut memang sudah lama mengalami masalah kontaminasi air. Bahkan sudah sampai mempengaruhi, lingkungan akuatik secara umum, vegetasi dan telah memicu wabah penyakit.

    3. Sayangnya, kerap terjadi kasus polusi airtanah dengan polutan berasal dari air sungai. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa ada 3 tipe relasi air sungai dengan akifer: (a) Sungai Influent — dicirikan air di sungai mengisi akifer antara lain melalui akifer di dasar sungai; (b) Sungai Effluent — dicirikan air di sungai diisi dari akifer antarà lain dalam bentuk mata air atau rembasan; (c) Sungai Isolated — dicirikan tidak ada hubungan antara air sungai dan akifer.

      Menarik tentang hubungan antara air tanah dan air sungai ini. Walaupun sudah banyak riset yang membahasnya, tetapi persepsi publik masih belum berubah banyak. Masyarakat umumnya akan melihat dua air tersebut tidak berhubungan, walaupun lokasinya ada di bantaran sungai. Perlu lebih banyak lagi tulisan-tulisan yang lebih ringan untuk mengubah persepsi masyarakat. Tidak banyak "orang normal" (baca masyarakat awam), yang membaca makalah yang terbit di jurnal ilmiah.

  3. anjani.ristekdikti.go.id anjani.ristekdikti.go.id
    1. Secara mendasar, pengabaian persentase kemiripan didasarkan pada tiga pertimbangan utama, yaitu: kebergantungan secara berlebihan pada jumlah kata atau panjang naskah karya ilmiah. kemiripan yang tidak perlu dipersoalkan tetapi turut terhitung sebagai kemiripan yang dipermasalahkan. pengabaian pada plagiat yang berupa parafrasa atau perubahan kata, yang membuat angka kemiripan yang dihasilkan menjadi kabur dan kurang akurat dalam menentukan taraf penyimpangan. Pada bagian berikut, dibahas ketiga alasan yang menjadi bahan pertimbangan pengabaian persentase kemiripan naskah dalam penentapan tingkat penyimpangan plagiat.

      Bagaimana ini dapat dievaluasi bila pembandingnya tidak text-mineable. Referensi tentang [text data mining}(https://libraries.wm.edu/blog/post/what-text-data-mining-tdm) sepertinya diperlukan.

    2. Pada Tabel 8, tingkat penyimpangan plagiat dibagi menjadi lima tingkatan, mulai dari kemiripan kurang dari dua kalimat yang tidak bersifat umum hingga kemiripan lebih dari 26 kalimat. Istilah lebih dari 26 kalimat ini bisa diartikan 30, 50, atau bahkan lebih dari 100 kalimat. Semua kemiripan di atas 26 kalimat diganjar dengan poin penyimpangan 260-300 poin. Batas atas untuk poin penyimpangan (300 poin) ditetapkan demi memastikan tidak ada penjatuhan sanksi yang berlebihan, ketika kemiripan yang ditemukan jauh melampaui ambang batas 26 kalimat.

      Bagaimana metode untuk menentukan angka-angka ini? Apakah berbasis bidang ilmu atau tidak, karena bidang humaniora atau hukum akan banyak menyampaikan kutipan. Metode yang disampaikan belum atau tidak reproducible untuk sebuah kebijakan publik.

    3. alah satu pertanyaan yang paling sering muncul terkait plagiat adalah seberapa banyak plagiat dapat diterima atau ditoleransi. Jawaban atas pertanyaan itu sebenarnya adalah nol. Artinya, plagiat sama sekali tidak diperkenankan dalam menghasilkan suatu karya. Yang disalahartiken di sini ialah bukan plagiat, melainkan kemiripan naskah secara tekstual. Persentase kemiripan naskah inilah yang kerap dijadikan patokan dalam penentuan batas kepatutan dalam penerimaan atau penolakan suatu karya ilmiah.

      Paragraf ini tidak jelas, terutama kalimat "Yang disalahartiken di sini ialah bukan plagiat, melainkan kemiripan naskah secara tekstual. "

    1. Artinya, adanya konflik kepentingan yang tidak diakui, mulai dari tidak mengakui sumber dana terkait pengiriman dan penerbitan naskah, proses melakukan sitasi atas sumber acuan, hingga proses pelaksanaan penelitian, diganjar poin penyimpangan antara 125 poin hingga 300 poin.

      Saya merasa item yang disebutkan di sini kurang jelas dan redundant dengan item yang ada pada klausul lain, misal plagiarisme.

      Bukankah masalah konflik kepentingan ini adaah beyond administratif, misal: seseorang yang bekerja di pabrik rokok tidak mengungkapkan bahwa ia bekerja di pabrik rokok saat mempublikasikan makalah yang menjelaskan bahwa rokok tidak membahayakan kesehatan.

    1. Fabrikasi dan falsifikasi dapat terjadi dalam hal data, gambar, dan referensi yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah. Mengingat setidaknya ada tiga jenis objek penyimpangan fabrikasi dan falsifikasi, maka tingkat penyimpangan terhadap integritas akademik dapat ditentukan berdasarkan kombinasi dari beberapa jenis penyimpangan.

      Bagaimana fabrikasi dan atau falsifikasi dapat dideteksi kalau tidak berdasarkan dokumen yang dapat text-mineable?

      Bagaimana pula falsifikasi dapat dideteksi bila data yang ada dalam makalah (asumsi saya yang dievaluasi hanya makalah) bila tidak ada repositori data dengan akses terbuka?

    1. Penyerahan satu naskah pada beberapa jurnal sebenarnya dimungkinkan apabila dilakukan secara bergantian dan/atau disajikan dalam versi singkat dan disertai penjelasan sekaligus meminta tanggapan dari pengelola jurnal dan/atau penerbit sebelum mengirim versi lengkap.

      Kuncinya pengungkapan oleh penulis saat mengirimkan makalah.

    2. Kasus ini meliputi proses pengajuan satu naskah yang sama kepada beberapa jurnal yang berbeda dalam waktu bersamaan.

      "Beberapa jurnal" adalah kuncinya. Artinya preprint tidak termasuk di dalamnya.

    3. Tabel 13 belum ada narasinya.

  4. Jul 2019
    1. Agar kita dapat bersama-sama mendudukkan permasalahan Scopus ini dari sudut pandang yang lebih komprehensif. Tak buru-buru gentar, atau bahkan memusuhi Scopus. Dan selanjutnya dapat bersikap secara lebih arif dan positif.

      Sepertinya sudah jelas duduk masalahnya. Jadi tidak perlu duduk bersama. "Barang itu" diposisikan tidak pada posisinya. Bukan untuk pencarian informasi tetapi utamanya untuk mengukur reputasi. Jelas salah.

    2. Meski sepakat dengan sebagian besar yang beliau sampaikan

      Bagian mana yang Pak Aulia sepakat? Karena sepertinya semuanya tidak sepakat.

  5. Apr 2019
    1. Malik. Keren sekali ini. Beberapa catatan saya:

      1. apakah bisa dikirim ke Jurnal Geoaplika? :D Ini himbauan bukan permintaan :D
      2. Awan katanya (word cloud) bagus kalau orientasi katanya dibuat sama, mendatar semua.
      3. Data set (tabel metadata paper), bagus kalau diunggah online dan disitir juga dalam paper. Anda baru menyisipkan tautan ya.

      4. Data

  6. Mar 2019
    1. Buat apa sertifikasi penulis dan editor? Pastilah pertanyaan ini yang muncul di benak banyak pelaku perbukuan yang sudah nyaman dengan dunianya tanpa diusik-usik soal kompetensi. Namun, untuk meningkatkan marwah profesi ini jelaslah para penulis dan editor memerlukan pengakuan terhadap kompetensinya. Dalam sertifikasi profesi, seseorang yang sudah sangat senior di bidang penulisan tidak harus mengikuti serangkai uji kompetensi. Ia mungkin hanya perlu menunjukkan portofolio karyanya untuk diverifikasi, lalu diwawancarai.

      Apa hubungannya dengan marwah ya?

      Menulis buku non-fiksi kan hak semua orang.

      Kalau pada akhirnya ada buku yang diterbitkan dan tidak, maka itu adalah penilaian dari penerbit.

      Kalau pada akhirnya ada buku yang terbit dan banyak yang beli dan ada buku lain yang tidak laku, maka itu adalah penilaian dari pembaca.

      As simple as that ...

    2. Sayangnya di Indonesia, ilmu penerbitan yang menaungi ilmu penulisan dan ilmu penyuntingan baru diajarkan setingkat D-3 yaitu di Politeknik Negeri Media Kreatif.

      Persis! Saya setuju. Tapi ...

      Sertifikat vs sertifikasi, dua istilah yang berhubungan tapi dengan implikasi yang tidak sederhana.

    3. Karena itu, demi meningkatkan mutu dan standar penulisan maka diperlukan sertifikasi kompetensi bagi pelaku perbukuan.

      Saya masih tidak melihat hubungan antara meningkatkan kualitas dengan sertifikasi.

      Bahwa penulis perlu dilatih dan latihan, saya setuju. Tapi tidak untuk sertifikasi.

      Sertifikat memang bisa diberikan untuk seseorang yang lulus pelatihan. Tapi kalau sudah menggunakan kata "sertifikasi", maka akan muncul industri lain yang akan "merusak". Industri sertifikasi. Saat itu muncul akan terjadi "asal punya sertifikat". Ingat fenomena indeksasi di dunia akademik.

    4. Standar Kompetensi Kerja Khusus (SK3) untuk Penulis Buku Nonfiksi dan Editor

      Persis! Saya setuju. Tapi ...

      Baik. Sertifikasi ini khusus untuk Penulis Buku Nonfiksi dan Editor. Mari kesampingkan dulu bagian Editor.

      Menurut laman Ruang Guru, Buku Nonfiksi terdiri dari: buku biografi, buku literatur, buku motivasi, buku pendamping. Banyak yang tidak mau percaya kalau kawan sendiri yang bilang :). Coba anda cari secara daring tentang pembagian jenis buku non-fiksi. Ada banyak klasifikasi lain yang mirip atau sama dengan klasifikasi ini.

      Mari kita konsentrasi ke jenis "Buku Literatur" dan profesi kita sebagai dosen atau peneliti. Jenis "Buku Literatur". Bukankah ini adalah salah satu jenis buku yang dapat atau perlu dibuat oleh seorang dosen/peneliti.

      Lantas apakah seorang dosen/peneliti dianggap perlu mengikuti sertifikasi ini sebelum pada akhirnya dibolehkan menyusun buku?

      Ok. Mungkin anda akan bilang sertifikasi ini tidak wajib untuk dosen atau peneliti. Tapi dengan IKAPI dan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia sudah mendukung sertifikasi ini, mestinya tipis batas antar wajib dan tidak wajib bagi para dosen/peneliti untuk mendapatkan sertifikat sebagai penulis.

    5. Penulis dan editor harus disertifikasi? Repot amat? Memang begitu seharusnya jika kita ingin bersama-sama menata profesi di bidang literasi ini menjadi terstandardisasi dan jelas dalam berbagai aspek. Artinya, ketika seseorang mengaku sebagai penulis buku nonfiksi ataupun editor, ia benar-benar teridentifikasi memiliki kompetensi seperti yang dipersyaratkan.

      Persis! Saya setuju. Tapi ...

      Ok, kompetensi adalah kata kuncinya. Lantas apakah perlu sampai dibuat sertifikasinya?

    6. Coba lihat fenomena betapa banyak orang mengaku ia adalah penulis buku dengan embel-embel berbahasa Inggris: author. Namun, ketika dites pengetahuan dan keterampilannya tentang penulisan buku, ia malah tidak menunjukkan kompetensi layak disebut author—ia bahkan hanya menunjukkan portofolio satu buku karyanya.

      Persis! Saya setuju. Tapi ...

      Kalau memang karyanya baru satu, apakah ia tidak bisa disebut penulis? Bukan bagi setiap orang, akan selalu ada kali pertama. Jadi saat ia pertama kali menghasilkan sebuah buku, ia tidak berhak disebut Penulis?

    7. Begitu juga dengan editor. Banyak sekali yang mengaku dirinya seorang editor dan mampu mengedit naskah. Namun, ketika diminta membedakan proses editing mekanis dan editing substantif, ia menjadi bingung sendiri. Belum lagi ketika ditanya tentang anatomi atau bagian-bagian tulisan yang harus diedit dan disusun sesuai dengan strukturnya, ia pun makin tidak mengerti.

      Persis! Saya setuju.

      Ok. Masalah istilah penyuntingan mekanis dan substantif, apakah sedemikian perlunyakah untuk diketahui? Katakan ada sebuah kalimat.

      "Budi sedang membaca buku, sedangkan Wati kakaknya sedang membantu ibu membacakan buku bagi adiknya Iwan."

      Katakan ada seorang yang tidak tersertifikasi sebagai penyunting, maka nalurinya akan muncul beberapa pertanyaan:

      1. jadi masing-masing karakter sedang melakukan apa?
      2. apakah dugaan saya ini betul:

      3. Budi sedang membaca buku

      4. Iwan sedang belajar membaca buku
      5. Ibu dan Wati sedang membantu Iwan membaca buku
      6. Wati, Budi, dan Iwan adalah kakak-beradik.

      Kalau itu benar, maka mungkin kalimatnya akan lebih bagus menjadi begini:

      "Budi sedang membaca buku. Iwan, adiknya, sedang belajar membaca buku pula. Bersama Ibu, Wati (kakak Budi) membantu Iwan belajar membaca buku."

      atau agar lebih ilustratif

      "Wati, Budi, dan Iwan adalah tiga bersaudara. Mereka bertiga gemar sekali membaca buku. Wati dan Budi sudah lancar sekali membaca. Itu karena mereka berdua sudah SD. Wati kelas 3 dan Budi kelas 1. Tapi Iwan, yang masih berusia 5 tahun, belum bisa membaca. Ia masih perlu bantuan. Sore itu, Ibu dan Wati sedang membantu Iwan belajar membaca. Mereka membacakan buku cerita dinosaurus yang seru untuk Iwan. "

      Nah, apakah istilah menyunting mekanis dan substantif masih penting untuk diketahui.

      OK bisa jadi penting.

      Rasanya setiap orang akan bingung membaca kalimat awal. Tapi kemudian (memang tergantung pengalaman), setiap orang akan merekomendasikan penyuntingan dan kalimat yang berbeda-beda. Lantas apa masalahnya? Kan tinggal pembaca atau penyunting akhir yang menentukan.

      Tapi apakah cukup alasan untuk kemudian dibuat sertifikasi penyunting?

      Jadi kata kuncinya jadi berubah pengalaman bukan sertifikat.

    8. standardisasi dalam dunia penerbitan masih kurang mendapatkan perhatian sehingga industri penerbitan menjadi industri kreatif yang tidak memiliki SKKNI/SKKK untuk mengukur kompetensi para pelaku perbukuan—kalah dengan industri pers.

      Persis! Saya setuju.

      Dalam kalimat ini, penulis menyatakan bahwa industri buku adalah industri kreatif. Kalau kemudian dalam industri itu ada banyak sekali aturan kaku, apakah lantas tetap menjadi industri kreatif?

      Nah, kalau dalam sebuah industri kreatif ada banyak peraturan dan standar yang kaku, apakah industri itu akan tetap menjadi "industri kreatif"?

      Contoh ya. Dalam kaidah penulis ilmiah, dulu sekali ada panduan untuk selalu menggunakan kalimat pasif. Apakah ini kemudian dapat membuat mahasiswa menjadi kreatif saat membuat kalimat.

      Ini pertanyaan dari saya. Penulis yang belum bersertifikat.

    9. Asosiasi profesi pelaku perbukuan di Indonesia boleh dikatakan sangat minim dan yang eksis hanya satu asosiasi penerbit yaitu Ikapi. Adapun asosiasi penulis dan editor pernah didirikan, tetapi kemudian hilang ditelan masa.

      Persis! Saya setuju.

      Kalau yang dimaksud adalah "asosiasi" yang berbadan hukum, tentu saja sedikit. Saya setuju. Tapi kalau yang dimaksud adalah komunitas, tentu buanyak sekali. Saat orang jawa bilang "buanyak", maka maksudnya banyak sekali.

      Bukankah sikap yang hanya mengakui asosiasi berbadan hukum ini juga adalah salah satu hal yang membatasi lingkup berpikir kita? Apakah hanya pendapat orang-orang dari lembaga yang berbadan hukum saja yang layak untuk didengar?

    1. Curug Malela di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat adalah lokasi wisata paling penting diKabupaten Bandung Barat bagian selatan. Air terjun dengan lebar lebih 70 meter dan tinggi 50 meter ini juga disebut Niagaravan Java. Selain Curug Malela, di bagian hilir juga ditemukan air terjun lain yang tak kalah menarik seperti Curug Katumiri,Curug Manglid, Curug Sumpel, Curug Ngebul, dan Curug Palisir. Untuk mengembangkan Curug Malela, pendekatangeowisata dilakukan dengan mengembangkan jalur geotrek di Curug Malela. Selama ini hanya ada satu jalur di Curug Malelasehingga wisatawan yang berkunjung ke Curug Malela datang dan pergi melalui jalur yang sama. Jalur baru diusulkan untukmembuat geotrek dengan lintasan tertutup di Curug Malela. Jalur ini membuka akses kepada air terjun lain di hilir CurugMalela sekaligus membuka peluang ekonomi bagi kampung yang dilewati oleh jalur ini.

      Abstrak sepertinya perlu dielaborasi dengan latar belakang yang cukup tentang kondisi pariwisata di Jawa Barat.

  7. Jan 2019
    1. The issue we seek to address is whether or not work already publicly available in a thesis

      pertanyaan ini tidak hanya diajukan oleh orang indonesia.

    1. Ketika artikel terbit di jurnal bereputasi, akan menarik perhatian kolega ilmuawan dunia bila dibandingkan dengan terbitnya artikel kita di prosiding seminar.

      Ilmuwan yang benar, tidak akan mudah menerima label. Begitu pula ilmuwan dunia yang baik akan membaca makalahnya, bukan jurnalnya. Bahwa mengenali jurnal yang baik dan tidak baik sangat membantu seleksi, tetapi perlu disadari, di dunia daring saat ini, saat mencari informasi, kita langsung akan menemukan makalahnya, tidak menemukan jurnal atau majalahnya dulu, baru makalahnya. Jadi sudah saatnya perilaku kita diubah.

    2. Bagi para ilmuwan dunia, prosiding bukan tempat mereka mempublikasikan hasil penelitiannya. Jurnal sekelas Nature dan Science itulah yang mereka impikan dan layak diimpikan setelah kita terbiasa menulis dengan kualitas tinggi.

      Nah di sini saya tidak setujunya. Pada ranah kegiatan yang lain, kita sangat kritis terhadap suatu produk atau merek. Apakah ini bernilai atau malah overrated. Untuk sisi kehidupan yang lain pula kita sangat marah kalau diri kita dieksploitasi. Tapi untuk hal-hal yang prinsipal dalam riset dan publikasi, kok kita tidak berlaku sekritis itu? Silahkan direnungkan sendiri.

    3. Sebaiknya, Kementerian Ristekdikti tidak hanya menjadikan kuantitas publikasi dan skor H-index Scopus sebagai tolak ukur keberhasilan program penelitian dan publikasi internasional. Kualitas artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal internasional bereputasi lebih bermakna. Untuk rekan sejawat dosen Indonesia, alangkah baiknya kita berlomba meningkatkan kualitas hasil penelitian dan publikasi ilmiah. Rentang waktu yang agak lama ketika proses revisi naskah ilmiah oleh para reviewer mari kita sikapi sebagai proses peningkatan kualitas saintifik kita.

      Saya masih setuju sampai sini. Untuk paragraf kedua, di sinilah peran preprint (atau versi pra cetak). Silahkan kirim ke jurnal manapun, tapi jangan lupa anda juga punya hak untuk mempublikasikannya seawal mungkin, tanpa ada batasan peninjauan sejawat. Manfaatkan hak itu.

      Aktivitas mengunggah preprint atau dokumen apapun ke media yang diindeks oleh mesin pencari (misal Google Scholar) akan menyebabkan seolah karya anda membengkak. Jangan khawatir. Kalau memang kegiatan anda banyak, ya wajar banyak dokumen yang dihasilkan. Mesin pencari atau pengindeks tugasnya menemukan dokumen itu saat kawan atau kolega anda mencari informasi. Itu saja tugas. Ia tidak bertugas memberikan skor atau nilai kepada dokumen anda. Jadi untuk apa memprotes seseorang yang terlalu banyak mengunggah dokumen daring. Lebih baik instrumen pengindeksnya saja yang dimatikan. Toh bukan itu tujuannya dibuat awalnya.

    4. Mengatrol skor sitiran

      Untuk hal ini saya tidak berkomentar selain bahwa ini salah. Tapi perlu dipahami juga bahwa ini terjadi karena sistem. Jadi tidak bisa kita berpendapat, "kok jadi sistemnya yang salah". Sistem adalah segalanya, khususnya di Indonesia. Anda membuat sesuai, maka akan terjadi dua hal plus dan minus. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak negara.

    5. Proses penerbitan hasil penelitian di jurnal menuntut kesabaran dan ketekunan. Telaah dari penelaah sejawat yang rinci kadang membuat peneliti hilang kesabaran. Sebagian dari peneliti merasa hasil yang didapatkannya sudah terbaru dan sempurna. Tapi tidak jarang editor dan penelaah sejawat menyatakan sebaliknya. Terbitnya naskah ilmiah pada jurnal bereputasi internasional memerlukan tahapan yang bisa mencapai satu atau bahkan dua tahun.

      Setuju untuk ranah penelitian. Tapi untuk ranah publikasi, saya berpikir bahwa hak setiap peneliti untuk menerbitkan hasil kerjanya dalam format apapun. Makalah jurnal peer-reviewed adalah salah satu saja luarannya. Saya tidak mendorong orang untuk tidak mengirimkan makalah ke jurnal, saya juga berpendapat peninjauan sejawat penting, tapi tidak sampai harus menghalangi niat peneliti untuk publikasi. Pendapat saya ini adalah penelitian atau publikasi secara umum, di luar ranah penilaian angka kredit dan kenaikan jabatan. Kalau untuk dua hal itu, memang proses administratif masih diperlukan, di sini syarat terindeks ini dan itu menjadi penting. Walaupun saya tidak setuju, tapi saya masih bisa memahami itu perlu dilakukan. Asal kriterianya jelas dan tidak berubah-ubah.

    6. Kementerian juga tiap tahun menyelenggarakan klinik penulisan artikel ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal nasional dan internasional bereputasi. Dosen dipersilakan untuk mengirimkan naskah yang sudah dibuat dan seleksi diadakan berdasarkan naskah yang masuk. Penyelenggaraannya di berbagai kota di Indonesia dan setiap kegiatan diikuti 50 orang peserta. Pada 2018 Kementerian mengadakan kegiatan 10 klinik penulisan artikel, antara lain di Bogor, Bandung, Padang, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Makassar.

      Saat ini ada kecenderungan (setelah kasus SINTA) bahwa kegiatan-kegiatan sejenis yang diselenggarakan oleh pribadi atau kelompok akan berkaitan dengan aktivitas mis-conduct. Ini perlu diluruskan oleh Kemristekdikti.

    7. Para dosen kerap mengatakan bahwa terbatasnya akses terhadap publikasi yang sudah terbit merupakan salah satu faktor penyebab dari ketiadaan ide baru. Kementerian Ristekdikti telah mencoba mengatasi masalah ini sejak 2015 dengan berlangganan jurnal-jurnal ilmiah internasional.

      Ini memang masalah lain. Banyak yang tidak tahu bahwa jumlah makalah akses terbuka terus meningkat setiap tahun. Bahkan untuk makalah yang berbayar, sudah ada kesadaran yang makin meningkat dari penulis untuk mengunggah pula versi pracetak (atau pra peninjauan) ke media-media repositori yang terbuka. Dari sisi penulis, saya juga menghimbau dengan sangat kesadaran mengenai hak cipta dan hak intelektual lainnya yang mereka miliki. Hak yang harus mereka manfaatkan untuk kepentingan masyarakat, bukan hanya diserahkan seluruhnya kepada penerbit, terutama penerbit komersial.

    8. Banyak kelemahan yang ditemukan Dian ketika menelaah proposal penelitian yang masuk. Ide yang ditawarkan banyak yang kurang kreatif dan aktual. Ada juga yang hanya merupakan duplikasi atau daur ulang dari penelitian sebelumnya.

      Apakah hasil peninjauan ini terbuka untuk umum dan diberikan juga kepada peneliti? Maaf kalau saya keliru, saya setiap tahun mengirimkan proposal ke Kemristekdikti, tapi hasil peninjauan secara lengkap belum pernah saya terima.

  8. Dec 2018
    1. Water Sources Quality in Urban Slum Settlement along the Contaminated River Basin in Indonesia: Application of Quantitative Microbial Risk Assessment

      Komentar umum:

      • Makalah ini mampu menggambarkan kontaminasi fecal ke dalam air sumur yang dikonsumsi oleh warga.
      • Penulis telah memilih kawasan yang tepat, kawasan slum (kumuh), yang seringkali menjadi korban dan sekaligus juga penyebab dalam kasus kontaminasi fecal karena minimnya akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi. Walaupun sebagian besar rumah di kawasan tersebut telah memiliki kamar mandi dan jamban di dalam rumah, tapi pengolahan limbahnya belum memenuhi syarat, yang akibatnya dapat mengotori air tanah sekitarnya dan juga air sungai (dalam kasus ini adalah S. Cikapundung).
      • Peta perlu dimasukkan ke dalam makalah atau penulis membuat repositori tambahan sebagai pelengkap artikel. Presentasi geospasial sangat penting dalam kasus ini untuk menggambarkan distribusi kontaminasi dan intensitasnya.
    1. ABSTRAK

      **Complete review in Indonesian language (Tinjauan lengkap dalam Bahasa Indonesia)

      Catatan dari peninjau**

      Saya memilih untuk meninjau makalah dari Indonesia, ditulis dalam Bahasa Indonesia oleh orang Indonesia untuk memperlihatkan kepada komunitas sains internasional keragaman ilmu, bahasa, konteks lokal yang melatarbelakani sebuah makalah, dan tingkat sains yang dikuasai penulis atau yang tersedia fasilitasnya di perguruan tinggi sebagai dasar dari penulisan suatu makalah. Di sini saya juga menekankan bahwa penunjau (reviewer) tidak boleh dipengaruhi oleh perspektif umum ketertinggalan suatu bangsa dalam sains dan menggunakannya untuk menilai suatu makalah. Peninjau perlu melihat pula sumbangsih makalah kepada kebutuhan atau masalah lokal. Tidak semua makalah ditulis untuk menyelesaikan masalah dunia.

      Saya akan menuliskan tinjauan umum dalam Bahasa Inggris dan Indonesia, dan menuliskan komentar spesifik di beberapa lokasi menggunakan Bahasa Indonesia.

      Komentar umum Makalah ini sangat penting untuk kondisi Indonesia saat ini yang secara terus-menerus didera bencana alam, karena itu makalah ini perlu diekspos di media. Dihubungkan dengan krisis tsunami Selat Sunda saat ini, produk ini sangat relevan dan dibutuhkan. Pengujian lebih lanjut pada berbagai lingkungan lokal akan meningkatkan disain tenda, pemilihan material dan teknik mendirikannya. Teknik mendirikan tenda juga perlu menjadi salah satu variabel uji mengingat lahan terdampak tsunami biasanya akan tertutup lapisan lumpur tebal yang lunak. Kerjasama dengan peneliti dengan latar belakang ilmu material akan sangat baik untuk meningkatkan spesifikasi tenda versi selanjutnya.

      Komentar spesifik Metode: Tim penulis perlu memasukkan proses seleksi material secara lebih rinci ke dalam makalah, karena ini adalah bagian terpenting, menurut saya. Fakta bahwa dokumen ini berdasarkan riset multi tahun perlu ditekankan oleh tim penulis, salah satunya adalah dengan menyitir dokumen sebelumnya dan mengunggahnya secara daring sebagai material pendukung.

      Pengembangan lebih lanjut: Makalah ini perlu dikembangkan dengan menambahkan variabel kondisi lapangan lokal ke tahap pemilihan bahan dan teknik mendirikannya di lokasi. Tim penulis juga perlu menguji material, disain, dan teknik mendirikannya berdasarkan standar tenda yang saat ini ada: misal dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), IFRC (International Federation of Red Cross). Bilamana SNI (Standar Nasional Indonesia) atau BNPB dan Basarnas telah memiliki standar serupa, saya mendorong tim penulis untuk menggunakannya. Untuk memberikan informasi lebih banyak kepada pembaca, saya menyarankan tim penulis untuk mengunggah dokumen/laporan sebelumnya dan material tambahan lainnya ke server OSF (karena OSF membolehkan unggahan berbagai jenis dokumen dan format). Akan sangat menarik bila tim penulis dapat menguji tenda langsung di lokasi terdampak bencana dan mengundang lembaga terkait untuk memberikan tinjauan (misal dari BNPB atau Basarnas). Berbagai komparasi dengan tenda yang saat ini ada dan digunakan oleh BNPB/Basarnas akan sangat strategis untuk ditambahkan ke dalam makalah selanjutnya. Berbagai kelebihan dan kekurangan disain tenda ini perlu dieksplorasi untuk meningkatkan kualitas tenda versi selanjutnya. Saya menyarankan kerjasama antara tim penulis dengan ahli material untuk meningkatkan kualitas tenda versi berikutnya.

      Komentar penutup

      Dengan mempublikasikan riset ini dalam Bahasa Indonesia, tim penulis menekankan untuk berkontribusi secara langsung kepada masyarakat, alih-alih, mengejar reputasi personal dengan mempublikasikannya di jurnal internasional.

    2. POROS MARITIM DUNIA DAN BENCANA TSUNAMI : PENGEMBANGAN AIR INFLATED STRUCTURE SEBAGAI FASILITAS TANGGAP BENCANA

      Notes from reviewer

      I choose to review an article from Indonesia and written by Indonesians to show international readers the diversity of science, language, local context as the background of the paper, and the level of science that plays as the basis of the papers. Here I also point out that reviewers should not be influenced by common perspective on the level of science in SE Asia (especially Indonesia) and then use that measurement to assess the paper, rather, the reviewers should understand the benefits of the paper for local problems. Not all papers were written to solve the world's largest problem.

      I will be writing the overview of the comment in English and Indonesian language and write more specific comments in various locations only in Indonesian language.

      General comment

      • This paper is very important to the current situation in Indonesia, which suffering from many and continuous geohazards, hence this paper should be properly exposed in Indonesian media, concerning current tsunami situations.

      • More testing in various local environments should be conducted to improve the tent's design and how to set it up under eg: soft ground after tsunami.

      Specific comments

      • Methods:

        ** the author should include the material selection process in the method, because this is the most important bit in this paper. The fact that this was a multi years project should be pointed out in form of citation to the previous documents.

      • Future development:

        **this article should be developed further by including the variability of local condition to the material selection process.

        ** the authors should also test the material and design with the existing standards for shelters, eg: from UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), IFRC (International Federation of Red Cross).

        ** to give more information, I suggest the authors to upload the previous documents/reports and all suplementary materials to the OSF (since the OSF allows them to upload multiple files in various formats).

        ** it would be interesting as well to test out the tent in the field and share the comments from the authorities (eg BNPB or Basarnas).

      Closing comment

      By publishing this research in Indonesian language, the authors have made their main point to directly contribute to the society instead of only chasing their fame by publishing it in international journal.

  9. Nov 2018
    1. Hi Gerra. Terima kasih sudah menggunakan layanan INArxiv.

      Ini tugas kuliah? Bagus. Pada kesempatan berikutnya, bisakah ditambahkan ada studi kasus.

    1. Penerbit tradisional kerap membela kerja mereka dengan alasan mereka susah payah memilih studi yang mereka yakini memiliki relevansi terbesar. Namun Dawson menampik hal ini dengan mengatakan, "Google saat ini adalah mesin pencari paling populer untuk sains - ini cara kerja sains zaman sekarang."

      Exactly. When people needs something, they can always search their way online, directly to the articles not journals. And they can always think and review the articles themselves to decide their relevance and importance to the works conducted.

    1. Untuk mencapai target tersebut, kata Syawal dirinya pun menerapkan sejumlah strategi. Ada tiga Program strategi yang sudah dirancangnya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian di UNIMED.

      Tidak ada langkah strategis yang membina risetnya. Padahal riset adalah pangkal dari makalah. Lantas apa bedanya dengan sebelumnya. Luaran yang pasti tercapai hanya jumlah dan peringkat.

    2. "Untuk tahun 2018 ini kita memang  targetkan minimal 400 jurnal yang terindeks Scopus di luar prosiding," ujarnya kepada Tribun Medan, Senin  sore (1/10/2018).

      Sudah lebih baik, dengan mentargetkan jumlah artikel (di luar prosiding), tetapi tetap saja berbasis Scopus. Lantas apa bedanya. Langkah ini tetap akan hanya mendata artikel berbahasa Inggris (persepsi orang Indonesia).

    1. namun

      Fenomena yang mirip juga kami temukan di kawasan Talagasari. Di lokasi tersebut ditemukan dua matair dengan debit kurang lebih 600 ml/detik dan 30 an sumur gali dengan kedalaman sumur dari 1 sampai 7 meter. Dari pengamatan kami pada bulan Mei 2018 (musim kemarau), seluruh obyek tersebut memperlihatkan adanya aliran air. Dari sini, kami dapat simpulkan bahwa ini menjadi salah satu indikasi bahwa dari kuantitas, tidak ada masalah.

      Namun demikian di sisi kualitas, kami memang menemukan satu mata air yang terletak di daerah Cinta Mekar, yang keruh. Sementara ini, kekeruhan itu diduga berasal dari erosi bawah permukaan. Hasil pengamatan geologis menyimpulkan bahwa area tersebut tertutup oleh batuan breksi vulkanik. Erosi diperkirakan terjadi di bagian dalam bebatuan yang masih lunak (matriks/masa dasar, menurut terminologi geologi).

    2. “Kampung kami di daerah pegunungan, bukannya sulit air namun air yang ada tidak bersih. Mandi, mencuci, air minum, masak, sampai buang air semuanya di situ. Kadang juga kalau musim kemarau sering surut, nah pas itu baru susah airnya,” tutur Agus kepada detikHealth, saat ditemui dalam kunjungan bersama Aqua di Kampung Nyalindung, seperti ditulis Senin, (25/8/2014).

      Fenomena yang mirip juga kami temukan di kawasan Talagasari. Di lokasi tersebut ditemukan dua matair dengan debit kurang lebih 600 ml/detik dan 30 an sumur gali dengan kedalaman sumur dari 1 sampai 7 meter. Dari pengamatan kami pada bulan Mei 2018 (musim kemarau), seluruh obyek tersebut memperlihatkan adanya aliran air. Dari sini, kami dapat simpulkan bahwa ini menjadi salah satu indikasi bahwa dari kuantitas, tidak ada masalah.

      Namun demikian di sisi kualitas, kami memang menemukan satu mata air yang terletak di daerah Cinta Mekar, yang keruh. Sementara ini, kekeruhan itu diduga berasal dari erosi bawah permukaan. Hasil pengamatan geologis menyimpulkan bahwa area tersebut tertutup oleh batuan breksi vulkanik. Erosi diperkirakan terjadi di bagian dalam bebatuan yang masih lunak (matriks/masa dasar, menurut terminologi geologi).

  10. Sep 2018
    1. Advances In Natural And Applied Sciences

      Yth para penulis selamat atas terbitnya publikasi. Ada dua catatan dari saya selaku pengelola INArxiv:

      1. cek kembali perjanjian pengalihan hak cipta dari penulis ke penerbit, apakah dibolehkan mengunggah artikel dengan logo penerbit?
      2. akan lebih bagus kalau data mentah diunggah ke INArxiv sebagai suplemen dari artikel.
    1. Copyright © 2018A. P. U. Siahaanet al. This isan open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which per-mits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.International Journal of Engineering & Technology, 7 (4) (2018) 2113-2117International Journal of Engineering & TechnologyWebsite: www.sciencepubco.com/index.php/IJET doi: 10.14419/ijet.v7i4.14020Research paperArduino Uno-based water turbidity meter using LDR and LED sensors

      Yth para penulis. Ini artikel menarik. Selamat sudah terbit. Namun demikian mohon dicek perjanjian pengalihan hak cipta ke penerbit IJET, karena yang ibu dan bapak unggah ini adalah yang versi penerbit (ada logo dll). Terima kasih.

  11. Jul 2018
    1. material transfer agreement (MTA)

      Mengenai MTA ini sempat lolos dari perhatian saya saat menyusun RDMP (research data management plan) untuk universitas saya. Saat saya cari info dengan kata kunci "regulasi material transfer agreement", saya hanya mendapatkan satu regulasi dari Kementerian Pertanian. Ini mestinya ada dalam Permen tentang Penelitian.

    2. RISTEK says it wants to promote research collaborations

      Kalau kolaborasi yang ingin ditonjolkan, maka mau tidak mau regulasi tentang penelitian perlu segera dirumuskan. jangan sampai artikel ini terulang, juga artikel yang ini.

    3. MTA

      Ok tentang MTA ini, saya perlu meralat pernyataan sebelumnya yang hanya menemukan regulasi MTA dari Kementan. Hasil pencarian di sini memunculkan sumber informasi tentang MTA yang lebih lengkap dari LIPI. Kemudian, bagian mana dari regulasi formal (yang ada dalam taksonomi regulasi Indonesia) yang mengarah ke dokumen MTA LIPI ini?

    4. The team may also have run afoul of regulations when it shipped DNA samples to Copenhagen for analysis. Ilardo says she filed a material transfer agreement (MTA)—a contract governing the shipment of research samples—with her application to RISTEK. But for the transfer of human DNA, she should have sought approval from the National Institute of Health Research and Development in Jakarta, says Siswanto, who chairs that institute. "If this was a requirement, I would have expected that RISTEK would have told me if my MTA was invalid when I submitted it," Ilardo says.

      Paragraf ini menunjukkan pentingnya Indonesia memiliki regulasi, setingkat Peraturan Menteri atau mungkin Undang-Undang tentang Penelitian, yang mengatur seluruh sisi riset dari sejak perencanaan, implementasi, pelaporan dan penyebaran informasi. Termasuk di dalamnya adalah tentang pola kerjasama dengan peneliti luar negeri.

    5. Some Indonesian scientists, meanwhile, are miffed that the only Indonesian name on the paper is that of Suhartini Salingkat, an education researcher at Tompotika Luwuk Banggai University, a small private institution in Central Sulawesi; according to the paper, she "provided logistical support." Foreign teams "should involve Indonesian scientists in all stages of research," says Mohamad Belaffif, an Indonesian bioinformatician at the HudsonAlpha Institute for Biotechnology in Huntsville, Alabama.

      Saya sangat setuju dengan pernyataan "should involve Indonesian scientists in all stages of research". Dari pengalaman saya, ini akan terjadi bila ada partisipasi aktif dari para peneliti Indonesia yang dikontak oleh peneliti asing. Sering kali ini tidak terjadi. Paham bahwa "pihak pembawa dana" adalah yang berkuasa masih sangat melekat di benak peneliti DN, ini menyebabkan inisiatif menjadi rendah. Padahal, setidaknya di lingkungan saya, peneliti asing sangat membuka diri untuk ide dari peneliti DN. Komunikasi sangat penting di sini.

      Masalah kedua adalah visibilitas dari peneliti DN yang relevan masih rendah. Peneliti asing akan mengalami kesulitan mencari mitra peneliti yang kompeten. Untuk itu saya sangat mendorong agar para peneliti dapat lebih mengeksplorasi dan mengekspos keahliannya di media masa, media sosial dalam bentuk blog atau media lainnya.

    6. RISTEK says it wants to promote research collaborations

      Kalau kolaborasi yang ingin ditonjolkan, maka mau tidak mau regulasi tentang penelitian perlu segera dirumuskan. jangan sampai artikel ini terulang, juga artikel yang ini.

    7. Some Indonesian scientists, meanwhile, are miffed that the only Indonesian name on the paper is that of Suhartini Salingkat, an education researcher at Tompotika Luwuk Banggai University, a small private institution in Central Sulawesi; according to the paper, she "provided logistical support." Foreign teams "should involve Indonesian scientists in all stages of research," says Mohamad Belaffif, an Indonesian bioinformatician at the HudsonAlpha Institute for Biotechnology in Huntsville, Alabama.

      Saya sangat setuju dengan pernyataan "should involve Indonesian scientists in all stages of research". Dari pengalaman saya, ini akan terjadi bila ada partisipasi aktif dari para peneliti Indonesia yang dikontak oleh peneliti asing. Sering kali ini tidak terjadi. Paham bahwa "pihak pembawa dana" adalah yang berkuasa masih sangat melekat di benak peneliti DN, ini menyebabkan inisiatif menjadi rendah. Padahal, setidaknya di lingkungan saya, peneliti asing sangat membuka diri untuk ide dari peneliti DN. Komunikasi sangat penting di sini.

      Masalah kedua adalah visibilitas dari peneliti DN yang relevan masih rendah. Peneliti asing akan mengalami kesulitan mencari mitra peneliti yang kompeten. Untuk itu saya sangat mendorong agar para peneliti dapat lebih mengeksplorasi dan mengekspos keahliannya di media masa, media sosial dalam bentuk blog atau media lainnya.

    8. The team may also have run afoul of regulations when it shipped DNA samples to Copenhagen for analysis. Ilardo says she filed a material transfer agreement (MTA)—a contract governing the shipment of research samples—with her application to RISTEK. But for the transfer of human DNA, she should have sought approval from the National Institute of Health Research and Development in Jakarta, says Siswanto, who chairs that institute. "If this was a requirement, I would have expected that RISTEK would have told me if my MTA was invalid when I submitted it," Ilardo says.

      Paragraf ini menunjukkan pentingnya Indonesia memiliki regulasi, setingkat Peraturan Menteri atau mungkin Undang-Undang tentang Penelitian, yang mengatur seluruh sisi riset dari sejak perencanaan, implementasi, pelaporan dan penyebaran informasi. Termasuk di dalamnya adalah tentang pola kerjasama dengan peneliti luar negeri.

    9. material transfer agreement

      Mengenai MTA ini sempat lolos dari perhatian saya saat menyusun RDMP (research data management plan) untuk universitas saya. Saat saya cari info dengan kata kunci "regulasi material transfer agreement", saya hanya mendapatkan satu regulasi dari Kementerian Pertanian. Ini mestinya ada dalam Permen tentang Penelitian.

    1. How to Extend your Data Lifetime: Research DataManagement in Indonesia’s Contexts

      This paper should the first paper from Indonesian authors to raise the issue of RDMP.

    1. This article was also intended to give an example of data re-use in hydrogeology.

  12. Jun 2018
    1. Google Scholar still has limitations in detecting areas of interest and incorrect research, as well as problems correctly identifying publications on the arXiv initial print server. The inclusion of characters between characters in the title resulted in incorrect search results, and inputting the authors of the wrong paper led to additional wrong search results. Some search results are even given for no understandable reason

      Pendapat ini masih berasal dari referensi, apakah penulis pernah atau merencanakan untuk melakukan pengujian sendiri?

    2. regardless of their contribution to the publication

      Apakah ada indeksasi yang mampu mendeteksi kebenaran kontribusi riil para penulis, kecuali dari pengakuan sepihak dari para penulisnya sendiri?

    3. They concluded that Google Scholar should be used with caution, especially for calculating performance metrics such as the h-index or impact factor.

      Demikian pula metrik yang lain, termasuk indeksasi Scopus dan Impact Factor, sangat rawan dan mudah dimainkan. Berapa persen dari moderasi Tim Scopus yang berhasil menyeleksi entri-entri yang "berkualitas rendah"?

    4. Citation frequency may reflect a journal’s value, authority, and use.

      Sepertinya ini berkebalikan dengan bagian lain dari artikel ini yang menyebutkan bahwa jumlah sitasi sangat rawan dan mudah untuk "dimainkan". Sitasi adalah hanya masalah seseorang, menuliskan artikelnya (baik milik orang lain atau miliknya sendiri) ke dalam Daftar Pustaka. Bagaimana mekanisme penghitungan metrik seperti ini dapat digunakan untuk menilai kualitas karya atau kepakaran seseorang secara langsung?

    5. Google Scholar proved to be easily manipulated, and included a number of duplicate citations.

      Bagian mana dari analisis yang mengarah ke sini?

    6. Beberapa pertanyaan selanjutnya untuk pengembangan artikel yang berikutnya:

      1. jurnal yang baru didirikan, berasal dari mana, atau terbit di negara mana?
      2. bagaimana tingkat relevansi artikel yang menyitirnya?
      3. "citation" vs "self-citation" apakah berasal dari jurnal yang sama atau berbeda?
      4. Jika dibandingkan dengan luaran penelitian lainnya, bagaimana posisi artikel "peer-reviewed" ini?
      5. Bagaimana pengembangan SINTA di masa mendatang, bercermin dari hasil ini, juga dengan keanggotaan Kemristekdikti ke ORCID?
    7. Fig1 Fig2

      Menarik kalau ada yang menghubungkan tingginya sitasi jumlah pendidikan teknik dengan jumlah mahasiswa atau dosen/peneliti di bidang ini. Apakah berhubungan atau tidak? Akan lebih menarik lagi kalau ada yang mencari tahu apakah sitasi tersebut berasal dari penulis Indonesia atau artikel yang terbit di jurnal dalam negeri (DN) atau dari penulis/artikel luar negeri (LN).

    8. The mean proportional difference in the citation frequency between Scopus and Google Scholar was 14.71%

      Apakah perbedaan ini tergolong kecil atau tidak signifikan? Bila hasil ini konsisten pada berbagai kasus, apakah kemudian untuk alasan ekonomis, cukupkah bagi kita di masa mendatang untuk kemudian mendasarkan diri ke GS saja?

    9. This was a descriptive study based on the analysis of a literature database.

      Akan lebih baik bila dirinci kembali tahapannya, agar terbuka peluang lebih besar bagi pembaca untuk berkontribusi memperkaya artikel ini. Saat ini isu reproducibility merebak luas secara internasional.

    10. Journals in the engineering field were the most cited, with 2,427 citations, including 930 self-citations.

      Ini akan menjadi menarik, ketika ada yang membantu mengevaluasi sitasi-sitasi tersebut, termasuk sitasi-pribadinya.

    11. Citation performance of Indonesian scholarly journals indexed in Scopus from Scopus and Google Scholar

      Salam dan terima kasih untuk Tim Penulis.

      Secara umum artikel ini patut dihargai, karena penulis telah meluangkan waktu dan tenaga untuk menuangkan hasil penjaringan informasi sitasi dari Google Scholar (GS) dan Scopus yang telah diagregasi SINTA.

      Artikel ini bersifat deskriptif, yang mana artikel jenis ini sering terlupakan, padahal fakta-fakta menarik akan muncul setelah data dan grafik terpampang rapih dalam bentuk artikel. Semoga artikel ini dapat menggugah banyak pendapat yang bersifat argumentatif yang kemudian dapat melahirkan artikel-artikel baru.

      Perkenankan saya meninggalkan beberapa catatan untuk artikel ibu dan bapak ini.

    1. Jon Tennant
    2. DORA dan Leiden Manifesto.
    3. Para peneliti memilih untuk mengurangi komponen kepemilikan (ownership) dalam authorship dan menambah komponen kolaborasi.

      Para peneliti memilih untuk mengurangi komponen kepemilikan (ownership) dalam authorship dan menambah komponen kolaborasi.

      Direvisi menjadi: Para peneliti memilih untuk mengurangi komponen kepemilikan (ownership) yang secara implisit muncul dalam authorship dan menambah komponen kolaborasi.

    4. Publikasi jurnal sudah bukan lagi satu-satunya cara mempublikasikan hasil telaah saintifik.

      Publikasi jurnal sudah bukan lagi satu-satunya cara mempublikasikan hasil telaah saintifik.

      Direvisi menjadi: Publikasi artikel dalam jurnal sudah bukan lagi satu-satunya cara mendiseminasikan hasil telaah saintifik.

    5. Saya bahkan bisa berkirim surel dengan mitra warga asli Ethiopia menggunakan SoS.

      Saya bahkan bisa berkirim surel dengan mitra warga asli Ethiopia menggunakan SoS.

      Direvisi menjadi: Saya bahkan bisa berkirim surel dalam Bahasa Indonesia kepada mitra yang warga asli Ethiopia menggunakan SoS.

    6. Mesin dan perangkat lainnya memang sudah lama tidak berfungsi. Tapi masih saya pertahankan, sampai kira-kira 5 tahun lalu ada perusahaan multinasional di Maluku yang memproduksi kit mesin waktu jinjing, mereknya “Re-Play”.

      Mestinya sbb:

      Mesin dan perangkat lainnya memang sudah lama tidak berfungsi, tapi masih saya pertahankan. Kemudian kira-kira 5 tahun lalu ada perusahaan multinasional di Maluku yang memproduksi kit mesin waktu jinjing, mereknya “Re-Play”. Waktu itu saya berpikir, "kenapa tidak kita pasang saja alat itu di Pug uzur itu".

  13. Mar 2018
    1. Para Keiretsu atau Konglomerasi Jepang model Tokai, Mitsubishi, Mitsui, Sumitomo, dll ini lah yang melakukan riset di perusahaannya dengan dana tak terbatas. Lalu perusahaan-perusahaan mereka melahirkan produk yang inovatif dan amat berkualitas.

      Ada sebagian cerita dari FB post ini yang perlu disampaikan ke industri. Jangan hanya ke kami (baca: Perguruan Tinggi).

    2. Baru kalau industri kita sudah mulai kuasai pasar Otomotif Nasional, Elektronika Nasional, Pangan Nasional, Obat-Obatan Kedokteran Tropis Nasional, nah saat itu kita kelimpahan cash flow. Kita bisa bicara tentang lompatan riset inovatif! 

      Nah kalau disampaikan dengan kalimatnya seperti ini, saya setuju. :-)

    3. Riset yang dilakukan fokus di 2 hal dulu yaitu ATM dan TTSB. Lupakan dulu riset inovasi, yah cuma untuk gula-gula aja.  Sudah fokus di ATM dan TTSB aja! Ndak usah gaya-gaya dulu dengan riset inovatif 

      Saya yakin juga riset ATM dan TTSB ini juga terjadi dan selalu berjalan. Tapi apakah perlu menghentikan "gaya" untuk riset inovatif?

    4. Riset inovatif seperti Plasma Nuftah, Nano Teknologi, Reaksi Fusi, AI bahkan mobil listrik merupakan riset lompatan. Ini berbiaya amat tinggi serta butuh kolaborasi tim yang hebat, harus ada enviroment yang layak buat para periset dan harus bisa berlangsung lama dengan pembiayaan tanpa henti. Riset-riset seperti ini bukan riset tambal sulam tapi harus punya grand design yang benar serta harus bisa melibatkan Pemerintah, Universitas/Lembaga Studi dan Industri. Tanpa pelibatan ini maka ndak akan bisa dilakukan.

      Apakah ini salah kami (baca: Perguruan Tinggi) saja?

    5. Jangan kaget jika Phillip Group mau mengeluarkan dana besar-besar untuk membangun High Tech Campus Eindhoven (HTCE) men-support risetnya dengan TU Eindhoven. Jangan kaget riset-riset BMW Group itu dilakukan di TU München dan universitas aliansinya yang jumlahnya puluhan. Jangan kaget riset-riset Airbus itu dilakukan di RWTH Aachen dan universitas aliansinya yang jumlahnya puluhan. Jangan kaget SAP AG Standard Software Market Leader Jerman itu menggelontorkan jutaan euro ke jejaringan SAP University Alliance agar bisa inovasi-inovasi baru yang hasilnya seperti Platform NetWeaver serta yang terbaru Database HANA. Jangan kaget riset-riset industri Swiss itu dilakukan di ETH Zurich.

      Pertanyaan saya sama. Saya yakin kerjasama riset industri dengan Perguruan Tinggi ini ada dan sudah terjadi. Tapi adakah penjelasan kenapa volumenya tidak sebesar contoh? Walaupun dihitung secara proporsional dengan kondisi ekonomi Indonesia.

      Dan apakah ini salah Perguruan Tinggi?

    6. Alasannya logis: Negara (meskipun sehebat Amrik atau UK) tidak sanggup men-support riset Uni besar-besaran, serta tidak semua Uni mampu membangun dana abadi dari para bilantropi atau CSR Industri.

      Adakah alasan logis kenapa "bilantropi" atau CSR industri di Indonesia, walaupun ada tapi tidak dapat diarahkan ke riset? Lebih banyak ke pengabdian kepada masyarakat.

  14. Feb 2018
    1. How to post your data and materials

      This blog post is very useful for people wanting to share their data or files anonymously. I just knew about this OSF feature by reading this post. Thank you Steve.

    1. Lalu mengapa jurnal terindeks scopus dapat dikatakan sebagai jurnal bereputasi?

      Terima kasih telah membagikan artikel ini. Pertanyaan saya, mengikuti alur kerja Scopus, bukankah alur itu bisa dibuat oleh kita dengan memanfaatkan reviewer jurnal independen yang juga orang Indonesia?

    1. Artikel ini sangat menarik karena memberikan solusi kepada masalah sehari-hari. Siapa yang tidak ingin aman saat menggunakan kompor gas. Pasti semua orang bukan.

  15. Jan 2018
    1. Sebuah artikel yang menarik, terutama saat para dosen dikejar-kejar oleh pola pengukuran kinerja yang mengutamakan peer-reviewed artikel.

      Artikel ini hasil karya tiga dosen Teknik Geologi FITB ITB, Pak Mirzam, Pak Aswan, dan Pak Mirzam, juga kolaborasi antara dua fokus keilmuan -- petrologi (Pak Mirzam) dan paleontologi (Pak Aswan dan Pak Zaim).

      Beberapa komentar dari beberapa dosen (via grup WA) telah didapatkan. Pada kesempatan berikutnya akan saya bagikan di sini.

      Semoga semangat seperti ini terus meluas di kalangan para dosen dan peneliti, agar ilmu tidak selamanya bertengger di menara gading.

      Dengan bahasa populer, ketiganya berupaya menceritakan 5 babak kepunahan di bumi. Babak berikutnya diindikasikan akan disebabkan oleh pelepasan CO2 secara masif, seperti juga telah disampaikan dalam artikel Another link between CO2 and mass extinctions of species dan By 2100, oceans may hold enough carbon to launch sixth mass extermination of species, mathematics predicts (Update).

    1. a country-level preprint repository

      There are many repositories built by universities across Indonesia. However, the usage is fairly minimum without a good promotion, internally to the academic community as well as externally to the stakeholders. we don't know exactly what's the problem, but strangely, when we introduced INArxiv in mid August 2017, the public responses had been so overwhelming. Had the existing repository been lacked of scholarly communication strategies, or simply less knowledge about managing a repository, but this preprinting movement finds its way inside the mind of many Indonesian scientists.

    1. This article shows the current state of Indonesian open access scientific publishing as of 30 Nov 2017. The date is important because it's keep on progressing.

      So what I did was to access the DOAJ database, in 30 November 2017. The reason to use it for it is oneof the biggest free online database of open access publication, with 10,565 Journals, 7,650 journalssearchable at Article level, from 122 Countries, with 2,743,765 Articles.

      Contoh riset sederhana dengan biaya murah dan tidak memerlukan perangkat mahal.

    1. However, for various reasons, these non-English journals struggle to survive in this competitive world. One possible reason for this is that articles in these journals are hardly cited, perhaps because of their perceived (or real) low quality and/or limited readership, which then contribute to a low impact factor (had they been fortunate enough to be indexed by Thomson Scientific), which then further discourages authors to submit high-quality research articles to these journals.

      Ini adalah tantangan kita untuk memajukan jurnal Indonesia dengan Bahasa Indonesia.

    2. a simple survey was conducted on these journals. A total of 67 journals were contacted with a response rate of 38.8% (26/67). Of the 26 journals that responded, 23 agreed to participate

      Contoh survey sederhana yang dapat dilakukan dengan sumberdaya minimum.

    3. Twenty-two journals among the 23 journals participating in the survey allowed authors to cite non-English materials in their papers.

      Ini bukti bahwa jurnal LN juga membolehkan penulis menyitat sumber yang tidak berbahasa Inggris. Jadi kalau Anda ingin menggunakan Bahasa Inggris dan sedang menulis makalah untuk dikirim ke jurnal LN, maka tidak ada halangan bagi anda untuk menyitat dokumen yang ditulis oleh rekan-rekan penulis dari DN. INArxiv bisa jadi salah satu media yang tepat untuk kebutuhan itu.